Selasa, 25 Juni 2013

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN



PENGGUNAAN PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING) SEBAGAI MEDIA  PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
Oleh Zainal Nusyirwan

1.    Pendahuluan
          Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru / fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik disekolah. Salah satu bentuk media pembelajaran yang akan memudahkan bagi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar adalah E-Learning. Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an. Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning.
Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini  fungsi e-learning sebagai berikut: 
a.    E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. 
b.    E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. 
c.    E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis Ada beberapa permasalahan yang dapat dibahas dalam perumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1.      Apakah pengertian media pembelajaran?
2.      Bagaimana fungsi media pembelajaran?
3.      Apakah pengertian  pembelajaran elektronik (E-learning)?
4.      Bagaimana fungsi E-Learning sebagai media pembelajaran  pada mata pelajaran bahasa Indonesia?

2.    Pembahasan
2.1  Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medio atau medius. Dalam bahasa Latin, media dimaknai sebagai antara. Sedangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media merupakan bentuk jamak dari medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Satu hal yang perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Secanggih apa pun media tersebut, tidak dapat dikatakan menunjang pembelajaran apabila keberadaannya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajarannya. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6).
Nana Sudjana (2001:14), menyatakan bahwa media pengajaran (pembelajaran) adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
2.2  Fungsi Media Pembelajaran
Ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu kita ketahui.
2.2.1 Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
Setiap materi ajar memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut abstrak dan rumit/kompleks. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran.
Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
2.2.2     Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
Media sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal.
 Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa.
Adapun mengapa media pembelajaran yang tepat dapat membawa keberhasilan belajar dan mengajar di kelas karena media pembelajaran khususnya media visual memiliki empat fungsi yaitu:
a.          Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran.
b.          Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
c.          Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.
d.          Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal. 
Alasan-alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yaitu:
a.        Alasan yang pertama yaitu berkenaan dengan menfaat media pengajaran itu sendiri, antara lain:
1)    Pengajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan motivasi belajar.
2)    Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
3)    Metode pengajaran akan bervariasi.
4)    Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
b.        Alasan kedua yaitu sesuai dengan taraf berpikir siswa. Dimulai dari taraf berfikir konkret menuju abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks. Sebab dengan adanya media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

2.3     Pengertian E-learning
Istilah e-learning Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet). 
Definisi e-learning merujuk dari buku panduan pembelajaran elektronik (Kemendikbud: 2011) bahawa e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Dijelaskan pula bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. 
Ada tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning, yaitu: 
a.    E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi.
b.    E-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya.
c.    E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradikma tradisional dalam media pembelajaran.
Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari          e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional.

2.4      Fungsi E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
E-learning merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan,bukan hanya meliputi online learning, virtual learning, web-based learning melainkan juga termasuk di dalamnya pembelajaran yang menggunakan teknologi komputer baik secara online maupun offline. 
Terdapat dua model pengembangan e-learning, yakni synchronous e-learning dan asynchronous e-learning. 
Penggunaan e-learning sebagai media pembelajaran untuk menunjang pelaksanaan proses belajar Bahasa Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari siswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari siswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri siswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi. Dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar sedangkan  menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu.
Ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning  sebagai media pembelajaran  pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah Menampilkan sebuah video  drama yang akan diperagakan oleh siswa pada pembelajaran drama
Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang siswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari bahasa daerah di Indonesia dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah tersebut.
Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Siswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan “menyimak” memproses masukan ide/gagasan dari siswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari siswa. Contoh  video tentang  informasi tentang binatang  buaya terbesar di dunia,siswa dapat menulis kembali dalam bentuk sebuah tulisan  tentang  binatang buaya tersebut
Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Siswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber yang memberi materi tersebut. Contoh  tentang penjelasan mengenai penulisan puisi.
Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Siswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Siswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut. Misalkan video  cerita tentang seorang tokoh, siswa mengekpresikan karakter tokoh tersebut.
Faktor yang menjadi pertimbangan penggunaan pembelajaran elektronik  sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut
a.    Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif
b.    Kelayakan pengadaan media pendidikan edukatif
c.    Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatif

Media pembelajaran elektronik  dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Keterpaduan (validitas).Media pembelajaran elektronik  mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.sebagai media yang terbaik. Sehingga guru dapat memilih media yang ada, mudah diperoleh dan mudah dibuat sendiri oleh guru. Media pembelajaran Elektronik dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitarnya, dan mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf dapat memenuhi persyaratan teknis. Media pembelajaran elektronik dapat digunakan sesuai dengan taraf berfikir siswa. Media pembelajaran elektronik  dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3.    Penutup
Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan lebih mempermudah bagi guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi Visual dan internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional.Dan  guru dapat memilih media pembelajaran elektronik  dengan bahan pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran  tersebut dapat dicapai dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Harjanto. Perencanaan pengajaran. Rineka cipta,2008
           Panduan Pembelajaran Elektronik (E-Learning) di Sekolah Dasar. Kenmendikbud,   
            2011

S. Sadiman, Arief, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
             Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. Media Pengajaran. Bandung: Sinar baru   
             Algensindo, 2001

Diunduh  http://media-grafika.com/mengenal-media-pembelajaran tanggal 13 Maret 2012 
              jam 12.05 WIB

             13 Maret 2012 jam 13.05 WIB

Diunduh http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/13/makalah-e-%E2%80%93-
               learning/ tanggal 13 Maret 2012 jam 13.15 WIB

             2012 jam 13.30 WIB

Senin, 24 Juni 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN E-LEARNING


Bookmark and Share
E-learning atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Berikut perkembangan e-learning dari masa ke masa :

  • Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) DALAM FORMAT

mov, mpeg-1, atau avi.
  • Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.
  • Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
  • Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.
Melihat perkembangan e-learning dari dari masa ke masa yang terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat disimpulkan bahwa e-learning akan menjadi sistem pemblajaran masa depan. Alasan efektifitas dan fleksibilitas akan menjadi alasan utama.

Tags:
e-learning